Makalah terlengkap dan terupdate makalahku10 - Unduh Makalah Perkembangan Pendidikan Karakter Di Beberapa Bangsa
Baca juga selengkapnya Makalah Perkembangan Pendidikan Karakter Di Beberapa Bangsa
unduh juga Makalah Perkembangan Fisik Usia Remaja
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada masa kini krisis moral menjadi
masalah yang pelik untuk diperbincangkan, bukan hanya di Indonesia saja melainkan
di berbagai negara di seluruh dunia juga mengalami apa yang dinamakan krisis
moral. Krisis moral ditandai dengan munculnya kejahatan atau kasus kriminalitas
yang melibatkan anak-anak remaja yang masih duduk di bangku sekolah.
Karena
kegelisahan akan meningkatnya tingkat kriminalitas yang dilakukan oleh remaja,
pemerintah di beberapa negara yang memperhatikan masalah tersebut akhirnya
memutuskan untuk memberikan pendidikan karakter dan diimplementasikan di dalam
sekolah.
Dalam makalah
ini akan membahas beberapa hal tentang pendidikan karakter di beberapa negara
serta implementasinya.
1.2
Rumusan masalah
Apakah
pengertian pendidikan karakter?
Bagaimana
pentingnya pendidikan karakter?
Bagaimana
implementasi pendidikan karakter di negara lain?
Bagaimana
implementasi pendidikan karakter di Indonesia?
1.3
Tujuan Penulisan
Untuk memenuhi
tugas mata kuliah Profesi Kependidikan.
Untuk mengetahi
bagaimana pendidikan karakter yang diterapkan beberapa negara di dunia.
Untuk
membandingkan penerapan pendidikan karakter di Indonesia dengan negara lain.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Pendidikan Karakter
Rutland
(2009: 1) mengemukakan bahwa karakter berasal dari akar kata bahasa latin yang
berarti “dipahat”. Sebuah kehidupan, seperti sebuah blok granit yang dengan
hati-hati dipahat atau dipukul secara sembarangan yang pada akhirnya akan
muncul menjadi sebuah mahakarya atau puing-puing yang rusak. Karakter, gabungan
dari kebajikan dan nilai-nilai yang dipahat didalam batu tersebut, akan
menyatakan nilai yang sebenarnya. Tidak ada perbaikan yang bersifat kosmetik,
tidak ada susunan dekorasi yang dapat membuat batu yang tidak berguna menjadi
suatu seni yang bertahan lama. Hanya karakter yang dapat melakukannya.
Secara harfiah
karakter artinya “kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau
reputasi” (Hornby dan Parnwell, 1972 : 49). Menurut KBBI, karakter merupakan
sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang
lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai
keprtibadian (Kamisa 1997: 281) .
Sedangkan
Pendidikan Karakter menurut Lickona Secara sederhana pendidikan karakter dapat
didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi
karakter siswa. Tetapi untuk mengetahui pengertian yang tepat dapat dikemukakan
di sini definisi pendidikan karakter yang disampaikan oleh Thomas Lickona.
Lickona
menyatakan bahwa pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha yang
disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan,
dan melakukan nilai-nilai etika yang inti. Suyanto (2009) mendefinisikan
karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap
individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,
bangsa, maupun negara. Karakter adalah
ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut
adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta
merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap,
dan merespon sesuatu (Kertajaya, 2010).
2.2
Pentingnya Pendidikan Karekter
Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dalam mengawali kerajanya sebagai kepala pemerintahan Kabinet
Indonesia Bersatu jilid II mengangkat isu tentang pendidikan karakter bangsa
sebagai pilar pembangunan. Selanjutnya Presiden menyatakan bahwa kita harus
menjaga jati diri kita, keindonesiaan kita. Hal yang membedakan bangsa kita
dengan bangsa lain di dunia adalah budaya kita, way of life kita dan
keindonesiaan kita. Ada identitas dan kepribadian yang membuat bangsa Indonesia
khas, unggul, dan tidak mudah goyah. Ke-Indonesiaan kita tercermin dalam sikap
pluralisme atau kebhinekaan, kekeluargaan, kesatuan, toleransi, sikap
moderat, keterbukaan, dan kemanusiaan.
Hal-hal inilah yang harus kita jaga, kita pupuk, kita suburkan di hati sanubari kita dan di
hati anak-anak kita.
Pernyataan
presiden tersebut mengingatkan kita semua kepada pesan Bung Karno, Presiden
pertama RI. Bung Karno yang
menggelorakan tema besar “nation
and character building” pernah berpesan kepada kita bangsa Indonesia, bahwa
tugas berat untuk mengisi kemerdekaan adalah membangun karakter bangsa. Apabila
pembangunan karakter bangsa ini tidak berhasil, maka bangsa Indonesia akan
menjadi bangsa kuli (H. Soemarno Soedarsono, 2009: sampul). Pernyataan Bung
Karno ini menunjukkan pentingnya pendidikan dan pembangunan karakter demi tegak
dan kokohnya jati diri bangsa agar mampu bersaing di dunia global.
Pandangan dan
pernyataan dari dua pemimpin itu, cukuplah sudah untuk memberikan gambaran
bahwa pendidikan karakter bangsa itu merupakan hal sangat fundamental dari
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu sudah
selayaknya kalau pendidikan atau pembangunan karakter bangsa ini secara konstitusional
mendapatkan landasan yang kuat. Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila telah
memberikan landasan yang begitu mendasar, kokoh dan komprehensif. Selanjutnya
secara operasiponal di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025 (lih. UU RI No. 17
Tahun 2007), ditegaskan bahwa misi pertama pembangunan nasional adalah terwujudnya karakter bangsa yang tangguh, kompetitif,
berakhlak mulia, dan bermoral berdasarkan Pancasila, yang dicirikan dengan
watak dan perilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang beragam, beriman dan
bertakwa kepada tuhan YME, berbudi luhur, bertoleran, bergotong royong, berjiwa
patriotik, berkembang dinamis dan berorientasi ipteks. Berikutnya di dalam
Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa (2010) disebutkan bahwa (1)
karakter merupakan hal yang sangat esensial dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus
bangsa; (2) karakter berperan sebagai ”kemudi” dan kekuatan, sehingga bangsa
ini tidak terombang-ambing; (3) karakter tidak datang dengan sendirinya, tetapi
harus dibangun dan dibentuk untuk menjadi bangsa yang bermartabat. Dalam proses
pembangunan karakter bangsa ini harus difokuskan pada tiga tataran besar: (1)
untuk menumbuhkan dan memperkuat jati diri bangsa, (2) untuk menjaga keutuhan
NKRI, dan (3) untuk membentuk manusia dan masyarakat Indonesia yang berakhlak
mulia dan bangsa yang bermartabat (Udin S. Winataputra, 2010: 1)
Argumentasi
tentang pentingnya pendidikan karakter dan perangkat lunak sebagai landasan dan
rambu-rambu dalam pelaksanaan pendidikan karakter sudah tersedia. Bagaimana
harus melaksanakan. Kegiatan melalui bidang pendidikan nampaknya merupakan
wahana yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan karakter bangsa. Secara khusus di dalam bidang pendidikan juga
telah diberikan rambu-rambu dan arah yang jelas bagaimana membangun karakter
dan kepribadian anak bangsa ini. Di dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas dijelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Inilah rumusan tujuan pendidikan yang
sesungguhnya, tujuan pendidikan yang utuh dan sejati. Aspek-aspek yang terkandung
dalam rumusan tujuan pendidikan ini, baik yang terkait dengan tujuan
eksistensial, kolektif maupun individual harus dicapai secara utuh melalui
proses pendidikan dalam berbagai jalur dan jenjang. Kalau hal ini dapat
dilakukan, maka proses pencapaian tujuan pendidikan nasional sedang berlangsung
dan berada pada jalur yang benar.
2.3
Implementasi Pendidikan Karakter di Berbagai Negara
Amerika Serikat
Pendidikan
karakter di Amerika Serikat telah dikembangkan dengan serius dan komprehensif
dari tingkat nasional sampai tingkat sekolah. Hal itu didasarkan atas
hasil-hasil survey yang menyatakan bahwa 90% responden menyatakan pendidikan
karakter dibutuhkan dan perlu dikembangkan di sekolah. Pendidikan karakter
diperlukan karena banyaknya kasus kriminal, kenakalan remaja, dan narkoba.
Medison (2007:158) mengutip hasil survey menyatakan “A 1998 Gallup poll found
that Americans consider crime and violence; declines in ethics, morals and
family values; and drug usage the issues of most concern in our society today.”
Amerika yang
dikenal sebagai salah satu negara penganut paham kebebasan juga memiliki
program pendidikan perilaku dan penanaman nilai-nilai moral yang baik kepada
siswa di sekolah. Program pendidikan ini
mereka sebut Positive Behavior Support (PBS). Program ini dilakukan untuk meningkatkan prestasi akademik,
meningkatkan kondisi keamanan di sekolah, mengurangi masalah-masalah
penyimpangan perilaku siswa dan menciptakan
budaya sekolah yang positif. Program ini adalah program jangka panjang yang memerlukan waktu kurang lebih 3 sampai 5 tahun untuk mendapatkan hasil yang
diharapkan.
Strategi
implementasi PBS di sekolah-sekolah di Amerika dimulai dengan pembentukan
tim khusus yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan PBS di sekolah. Anggotanya terdiri dari
kepala sekolah, perwakilan guru, perwakilan staf tenaga kependidikan dan juga
siswa. Tugas tim ini pertama kali adalah
membangun komitmen bersama semua warga sekolah terhadap pelaksanaan program PBS
di sekolah. Setelah itu mereka mengumpulkan
data tentang pelanggaran disiplin
maupun perilaku yang tidak diharapkan
yang sering terjadi disekolah. Kemudian, mereka melakukan analisis terhadap data tersebut. Berdasarkan hasil analisis
tadi mereka merumuskan nilai-nilai apa
saja yang hendak ditanamkan di sekolah dengan harapan pelanggaran disiplin maupun perilaku siswa
yang tidak diharapkan dapat
diminimalisir atau bahkan tidak terulang lagi. Mereka memilih dan merumuskan nilai-nilai yang akan
ditanamkan dan dibiasakan di sekolah berbasiskan data yang ada, sehingga
diharapkan program itu nantinya tepat
sasaran dan sesuai dengan kebutuhan. Jadi,tidak asal pilih dan asal ada saja.
Nilai-nilai yang hendak ditanamkan dan diharapkan
membudaya di sekolah itu mereka sebut
dengan istilah expectation. Untuk expectation ini mereka mencoba merangkainya menjadi suatu
slogan atau istilah bermakna yang singkat, menarik, dan mudah diingat. Misalnya
Respect, Organization, Achievement, Responsiblity (ROAR), The Three Bees ( Be
Safe, Be Responsible, Be Respectful) dan sebagainya. Selanjutnya masih bersama dengan tim PBS,
mereka mencoba menjabarkan expectation tersebut kedalam perilaku-perilaku
spesifik yang terlihat dan terukur yang dapat merefleksikan
expectation yang diharapkan yang mereka sebut dengan istilah Rules. Untuk satu
expectation bisa dijabarkan menjadi 2 sampai 4 rules. Misalnya untuk
expectation menghormati orang lain, rules atau perilaku nyata dan spesifik dari
expectation tersebut adalah:
Mendengarkan
pendapat orang lain
Diam dan
mendengarkan dengan baik ketika orang sedang berbicara
Setelah sekolah
menetapkan expectation dan rules untuk diimplementasikan, sekolah mulai membuat
Lesson Plan atau semacam RPP untuk mengajarkan expectation dan rules yang
diharapkan tersebut. Jadi dalam
melaksanakan PBS, semua warga sekolah harus mampu mengajarkan ataupun
menginstruksikan nilai nilai yang diharapkan tersebut kepada semua siswa agar nilai-nilai tersebut
benar-benar dapat membudaya dan terinternalisasi
didalam diri siswa secara konsisten.
Hal ini dapat
dilakukan diwaktu- waktu khusus yang memang disediakan untuk itu dengan
berbagai macam cara. Misalnya, menayangkan video yang mendemonstrasikan
perilaku-perilaku yang seharusnya dan yang tidak seharusnya secara kontekstual
sesuai dengan kejadian-kejadian nyata yang sering terjadi di sekolah.
Reward dan Punishment
Untuk
mendapatkan kondisi perilaku yang ideal terhadap anak didik, kita harus
berusaha menjabarkan perilaku nyata dalam kehidupan sehari-hari dengan
menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh anak didik kita.
Selanjutnya, kita mempraktekkan perilaku tersebut bersama-sama dan kemudian melakukan pembiasaan terhadap
perilaku tersebut secara kontekstual disertai dengan pemberian contoh dan
keteladanan yang terus menerus dari semua warga sekolah .
Kembali ke
strategi implementasi program PBS, setelah nilai- nilai yang ingin
ditanamkan tersebut diajarkan, di dorong
dan dikondisikan untuk menjadi kebiasaan
semua warga sekolah, kita pun harus merancang atau membuat sistem reward dan
punishment yang tepat untuk meningkatkan
keefektifan dari program PBS. Tanpa adanya sistem reward dan punishment yang
tepat, keberlangsungan dan keefektifan dari progam PBS ini diragukan. Yang terakhir dan tidak boleh
terlupakan dalam mengimplementasikan PBS disekolah adalah Tim PBS harus selalu memonitor,mengevaluasi dan
memodifikasi program PBS yang telah dilakukan disekolah demi perbaikan yang
lebih baik lagi dimasa yang akan datang. Dari strategi implementasi PBS
tersebut dapat disimpulkan 3 hal penting yang harus dilakukan demi suksesnya
anak didik kita disekolah. Yang pertama,
kita harus menjelaskan dan mengajarkan terlebih dahulu kepada anak didik
kita tentang perilaku apa yang kita harapkan untuk mereka lakukan disekolah
Baca selengkapnya makalah Perkembangan Pendidikan Karakter Di Beberapa Bangsa [ DISINI ]
0 Response to "Makalah Perkembangan Pendidikan Karakter Di Beberapa Bangsa"
Post a Comment