makalahku10- Makalah Tingkat suku bunga dan GDP
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam
perekonomian yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas.
Ia mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat keseharian dan mempunyai
dampak penting terhadap kesehatan perekonomian. Biasanya suku bunga diekspresikan sebagai persentase pertahun yang
dibebankan atas uang yang dipinjam. Tingkat bunga pada hakikatnya adalah harga. Seperti
halnya harga, suku bunga menjadi titik pusat dari pasar, dalam hal ini pasar
uang dan pasar modal. Sebagaimana harga, suku bunga dapat dipandang sebagai
sebuah mekanisme untuk mengalokasikan sumber daya dan perekonomian.
Tingkat suku
bunga Bank Indonesia (SBI) atau
BI-rate adalah suku bunga
instrumen sinyaling Bank Indonesia (BI)
merupakan suku bunga kebijakan moneter (
policy rate ) Kenaikan atau penurunan tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI-rate) akan mempengaruhi tingkat suku
bunga antar bank dan tingkat suku bunga deposito yang berakibat pada perubahan
suku bunga kredit. Dengan demikian
BI-rate tersebut memberi sinyal
bahwa pemerintah mengharapkan pihak perbankan dapat menggerakkan sektor riil
untuk dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Kenaikan BI-rate akan mendorong kenaikan akan mendorong kenaikan mendorong kenaikan suku
bunga dana antar bank dan suku bunga deposito yang mengakibatkan kenaikan suku
bunga kredit, mengakibatkan kenaikan suku bunga kredit, sementara jika BI-rate
diturunkan dikhawatirkan akan memicu
pelarian dana jangka pendek yang akan
mengganggu stabilitas nilai tukar rupiah dan pertumbuhan ekonomi.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Pengertian Suku Bunga ?
2.
Faktor-Faktor
apa saja yang Mempengaruhi Suku Bunga ?
3.
Bagaimana Peran Suku Bunga dalam Perekonomian
?
4.
Produk Domestik Bruto atau Gross Domestic Product
(GDP)
5.
Bagaimana
Pengaruh Pengaruh Suku Bunga Terhadap GDP
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui Pengertian Suku Bunga
2.
Untuk mengetahui Apa Saja Faktor-Faktor apa saja yang Mempengaruhi Suku Bunga
3.
Untuk mengetahui Bagaimana Peran Suku Bunga dalam Perekonomian
4.
Untuk mengetahui Produk
Domestik Bruto atau Gross Domestic Product (GDP)
5.
Bagaimana
Pengaruh Pengaruh Suku Bunga Terhadap GDP
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Suku Bunga
Secara historis
suku bunga hampir sama tua dengan
peradaban manusia, dengan kata
lain suku bunga sudah ada sejak lama. Hal ini sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh
Kidwell yang menyatakan bahwa orang yang telah meminjam barang kepada orang
lain dan kadang-kadang mereka telah meminta imbalan atas jasa yang diberikan. Imbalan itu disebut sewa yakni harga dari
meminjam harta milik orang lain. Sedangkan Miller menyatakan bahwa bunga adalah
sejumlah dana, dinilai dari uang, yang diterima si pemberi pinjaman (kreditur) , sedangkan suku bunga adalah
rasio dari bunga terhadap jumlah pinjaman.
Harga sewa dari
uang itulah yang disebut suku bunga dan biasanya dinyatakan sebagai presentase
tahunan sari jumlah nominal yang dipinjam. Jadi suku bunga adalah harga dari
meminjam uang untuk menggunakan daya belinya. Suku bunga merupakan salah satu
variable dalam perekonomian yang senantiasa diamati secara cermat karena
dampaknya yang luas. Bunga mempengaruhi secara langsung hehidupan masyarakat
keseharain dan mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian mulai
dari segi konsumsi, kredit, obligasi, serta tabungan.
Edmister mengemukakan tiga istilah
yang berkaitan dengan suku bunga yaitu :
a. State rate adalah tingkat bunga satu periode
dikalikan jumlah pokok pinjaman untuk menghitung beban bunga
b. Annual percentage rate adalah tingkat bunga
disetahunkan dengan menyesuaikan stated rate untuk jumlah periode pertahun dan
jumlah pokok yang benar-benar dipinjam
c. Yield adalah tingkat bunga yang ekuivalen denga
satu kontrak keuangan yang memenuhi tiga syarat : jumlah seluruhnya yang
benar-benar dipinjam, pada
awal tahun, kemudian
dibayar kembali pada akhir tahun beserta bunga.
Definisi pertama, stated rate, mendasarkan tingkat bunga pada jangka
waktu kontrak. Definisi kedua, annual pecentage rate, menyesuaikan
jangka waktu kontrak untuk menghitung ekuivalen tingkat bunga. Sedangkan
definisi ketiga, yield, membuat penyesuaian yang diperlukan untuk
menghitung tingkat bunga ekuivalen dengan satu standar yang ditentukan secara
jelas.
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Suku Bunga
Seperti dijelaskan di atas, bahwa untuk mennetukan besar kecilnya suku bunga
simpanan dan pinjaman sangat dipengaruhi oleh keduanya, artinya baik bunga
simpanan maupun pinjaman saling mempengaruhi disamping faktor-faktor lainnya.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga
adalah:
a. Kebutuhan
dana, apabila bank kekurangan dana sementara permohonan pinjaman meningkat,
maka yang dilakukan oleh bank agar kebutuhan dana tersebut cepat terpenuhi
dengan meningkatkan suku bunga simpanan.
b. Persaingan,
dalam memperebutkan daa simpanan, maka disamping faktor promosi, yang paling
utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing.
c. Kebijakan
pemerintah, dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita,
tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
d. Jangka
waktu, semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi tinggi
bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko di masa mendatang.
Serta faktor-faktor yang lain.
e. Target
keuntungan yang diharapkan.
f. Reputasi
perusahaan.
g. Kualitas
jaminan.
h. Daya
saing produk.
2.3 Peran Suku Bunga dalam
Perekonomian
Tingkat bunga
menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi keuntungan kepada para
pengusaha. Para pengusaha akan melaksanakan investasi yang mereka rencanakan
hanya apabila tingkat pengembalian modal yang mereka peroleh melebihi tingkat
bunga. Dengan demikian besarnya investasi dalam suatu jangka waktu tertentu
adalah sama dengan nilai dari seluruh investasi yang tingkat pengembalian
modalnya adalah lebih besar atau sama dengan tingkat bunga.
Apabila tingkat
bunga menjadi lebih rendah, lebih banyak usaha yang mempunyai tingkat
pengembalian modal yang lebih tinggi daripada tingkat suku bunga. Semakin
rendah tingkat bunga yang harus dibayar para pengusaha, semakin banyak usaha
yang dapat dilakukan para pengusaha. Semakin rendah tingkat bunga semakin
banyak investasi yang dilakukan para pengusaha (Sukirno, 1998).
2.4 Produk
Domestik Bruto atau Gross Domestic Product (GDP)
Gross
Domestic Product (GDP) adalah penghitungan yang digunakan oleh suatu negara
sebagai ukuran utama bagi aktivitas perekonomian nasionalnya, tetapi pada
dasarnya GDP mengukur seluruh volume produksi dari suatu wilayah (negara)
secara geografis.
Sedangkan
menurut McEachern (2000:146), GDP artinya mengukur nilai pasar dari barang dan
jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara
selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. GDP juga dapat digunakan
untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan
beberapa perekonomian pada suatu saat.
Gross domestic product hanya mencakup barang dan jasa akhir, yaitu barang dan jasa yang dijual kepada pengguna yang terakhir. Untuk barang dan jasa yang dibeli untuk diproses lagi dan dijual lagi (Barang dan jasa intermediate) tidak dimasukkan dalam GDP untuk menghindari masalah double counting atau penghitungan ganda, yaitu menghitung suatu produk lebih dari satu kali.
Contohnya, grosir membeli sekaleng tuna seharga Rp 6.000,- dan menjualnya seharga Rp 9.000,-. Jika GDP menghitung kedua transaksi tersebut , Rp 6.000,- dan Rp 9.000,-, maka sekaleng tuna itu dihitung senilai Rp 15.000,- (lebih besar daripada nilai akhirnya). Jadi, GDP hanya menghitung nilai akhir dari suatu produk yaitu sebesar Rp 9.000,-. Untuk barang yang diperjual-belikan berulang kali (second-hand) tidak dihitung dalam GDP karena barang tersebut telah dihitung pada saat diproduksi. (2000:146-147).
Gross domestic product hanya mencakup barang dan jasa akhir, yaitu barang dan jasa yang dijual kepada pengguna yang terakhir. Untuk barang dan jasa yang dibeli untuk diproses lagi dan dijual lagi (Barang dan jasa intermediate) tidak dimasukkan dalam GDP untuk menghindari masalah double counting atau penghitungan ganda, yaitu menghitung suatu produk lebih dari satu kali.
Contohnya, grosir membeli sekaleng tuna seharga Rp 6.000,- dan menjualnya seharga Rp 9.000,-. Jika GDP menghitung kedua transaksi tersebut , Rp 6.000,- dan Rp 9.000,-, maka sekaleng tuna itu dihitung senilai Rp 15.000,- (lebih besar daripada nilai akhirnya). Jadi, GDP hanya menghitung nilai akhir dari suatu produk yaitu sebesar Rp 9.000,-. Untuk barang yang diperjual-belikan berulang kali (second-hand) tidak dihitung dalam GDP karena barang tersebut telah dihitung pada saat diproduksi. (2000:146-147).
2.4.1 Perhitungan GDP
Menurut McEachern (2000:147) ada dua
macam pendekatan yang digunakan dalam perhitungan GDP, yaitu:
1.
Pendekatan pengeluaran, menjumlahkan
seluruh pengeluaran agregat pada seluruh barang dan jasa akhir yang diproduksi
selama satu tahun.
2.
Pendekatan pendapatan, menjumlahkan seluruh pendapatan
agregat yang diterima selama satu tahun oleh mereka yang memproduksi output
tersebut.
2.4.2 GDP berdasarkan Pendekatan Pengeluaran
Menurut McEachern (2000:149) untuk
memahami pendekatan pengeluaran pada GDP, kita membagi pengeluaran agregat
menjadi empat komponen, konsumsi, investasi, pembelian pemerintah, dan ekspor
netto. Kita akan membahasnya satu per satu.
1.
Konsumsi, atau secara lebih spesifik
pengeluaran konsumsi perorangan, adalah pembelian barang dan jasa akhir oleh
rumah tangga selama satu tahun. Contohnya : dry cleaning, potong rambut,
perjalanan udara, dsb.
2.
Investasi, atau secara lebih spesifik
investasi domestik swasta bruto, adalah belanja pada barang kapital baru dan
tambahan untuk persediaan.
Contohnya : bangunan dan mesin baru yang dibeli perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa.
Contohnya : bangunan dan mesin baru yang dibeli perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa.
3.
Pembelian pemerintah, atau secara
lebih spesifik konsumsi dan investasi bruto pemerintah, mencakup semua belanja
semua tingkat pemerintahan pada barang dan jasa, dari pembersihan jalan sampai
pembersihan ruang pengadilan, dari buku perpustakaan sampai upah petugas
perpustakaan. Di dalam pembelian pemerintah ini tidak mencakup keamanan sosial,
bantuan kesejahteraan, dan asuransi pengangguran. Karena pembayaran tersebut
mencerminkan bantuan pemerintah kepada penerimanya dan tidak mencerminkan
pembelian pemerintah.
4.
Ekspor netto, sama dengan nilai ekspor
barang dan jasa suatu negara dikurangi dengan impor barang dan jasa negara
tersebut. Ekspor netto tidak hanya meliputi nilai perdagangan barang tetapi
juga jasa.
Dalam pendekatan pengeluaran, pengeluaran agregat negara sama dengan penjumlahan konsumsi, C, investasi, I, pembelian pemerintah, G, dan ekspor netto, yaitu nilai ekspor, X, dikurangi dengan nilai impor, M, atau (X-M).
Dalam pendekatan pengeluaran, pengeluaran agregat negara sama dengan penjumlahan konsumsi, C, investasi, I, pembelian pemerintah, G, dan ekspor netto, yaitu nilai ekspor, X, dikurangi dengan nilai impor, M, atau (X-M).
Penjumlahan
komponen tersebut menghasilkan pengeluaran agregat, atau GDP:
C + I + G + (X-M) = Pengeluaran
agregat = GDP
2.4.3 GDP berdasarkan Pendekatan Pendapatan
Menurut McEachern (2000:151)
pendapatan agregat sama dengan penjumlahan semua pendaptan yang diterima
pemilik sumber daya dalam perekonomian (karena sumber dayanya digunakan dalam
proses produksi). Sistem pembukuan double-entry dapat memastikan bahwa nilai
output agregat sama dengan pendapatan agregat yang dibayarkan untuk sumber daya
yang digunakan dalam produksi output tersebut: yaitu upah, bunga, sewa, dan
laba dari produksi.
Jadi kita dapat mengatakan bahwa:
Pengeluaran
agregat = GDP = Pendapatan agregat
Suatu produk jadi biasanya diproses oleh beberapa perusahaan dalam perjalanannya menuju konsumen. Meja kayu, misalnya, mulanya sebagai kayu mentah, kemudian dipotong oleh perusahaan pertama, dipotong sesuai kebutuhan mebel oleh perusahaan kedua, dibuat meja oleh perusahaan ketiga, dan dijual oleh perusahaan keempat. Double counting dihindari dengan cara hanya memperhitungkan nilai pasar dari meja pada saat dijual kepada pengguna akhir atau dengan cara menghitung nilai tambah pada setiap tahap produksi. Nilai tambah dari setiap perusahaan sama dengan harga jual barang perusahaan tersebut dikurangi dengan jumlah yang dibayarkan atas input perusahaan lain.
Nilai tambah dari tiap tahap mencerminkan pendapatan atas pemilik sumber daya pada tahap yang bersangkutan. Penjumlahan nilai tambah pada semua tahap produksi sama dengan nilai pasar barang akhir, dan penjumlahan nilai tambah seluruh barang dan jasa akhir adalah sama dengan GDP berdasarkan pendekatan pendapatan.
Suatu produk jadi biasanya diproses oleh beberapa perusahaan dalam perjalanannya menuju konsumen. Meja kayu, misalnya, mulanya sebagai kayu mentah, kemudian dipotong oleh perusahaan pertama, dipotong sesuai kebutuhan mebel oleh perusahaan kedua, dibuat meja oleh perusahaan ketiga, dan dijual oleh perusahaan keempat. Double counting dihindari dengan cara hanya memperhitungkan nilai pasar dari meja pada saat dijual kepada pengguna akhir atau dengan cara menghitung nilai tambah pada setiap tahap produksi. Nilai tambah dari setiap perusahaan sama dengan harga jual barang perusahaan tersebut dikurangi dengan jumlah yang dibayarkan atas input perusahaan lain.
Nilai tambah dari tiap tahap mencerminkan pendapatan atas pemilik sumber daya pada tahap yang bersangkutan. Penjumlahan nilai tambah pada semua tahap produksi sama dengan nilai pasar barang akhir, dan penjumlahan nilai tambah seluruh barang dan jasa akhir adalah sama dengan GDP berdasarkan pendekatan pendapatan.
2.5 Pengaruh Suku Bunga Terhadap GDP
Untuk
diketahui, suku bunga merupakan tolak ukur dari kegiatan perekonomian dari
suatu negara yang akan berimbas pada kegiatan perputaran arus keuangan
perbankan, inflasi, investasi dan pergerakan currency.
Dan
biasanya negara-negara besar (merupakan negara yang memiliki currency terbesar
dalam transaksi di bursa), aktivitas ekonomi yang terjadi di negara-negara
tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap fundamental perekonomian dunia.
Kenaikan
suku bunga yang dilakukan oleh bank Sentral, maka akan direspon oleh para
pelaku pasar dan para penanam modal untuk memanfaatkan moment tersebut guna
meningkatkan produksi dan menanamkan investasinya.
Seiring
dengan itu, akan berdampak juga pada jumlah produksi yang bertambah dan tenaga
kerja yang juga akan semakin bertambah. Akibatnya ekspor bertambah dan jumlah
pengangguran menurun, sehingga devisa yang masuk ke negara tersebut semakin
menguatkan dollar terhadap mata uang lain.
Demikian
pula sebaliknya, bila saja suku bunga menurun, produksi industri akan berkurang
karena produsen akan membatasi kerugian. Apabila jumlah produksi berkurang,
maka akan melemahkan mata uang tersebut.
Kenaikan
suku bunga sangatlah dikhawatirkan oleh para kreditur dan tingkat
penjualan perumahan yang semakin menurun karena membuat pajak pinjaman modal
dan kredit perumahan semakin meningkat, tanpa didukung dalam kelancaran
produksi dan bisnis yang menunjang, akan berimbas pada kredit macet
Ada
beberapa hal yang harus diwaspadai dalam menaikkan dan menurunkan suku bunga
yang semuanya harus berpihak pada kesejahteraan rakyat dalam negeri sebagai
prioritas utama.
Dampak
ekonomi dari sebuah perubahan suku bunganya diantaranya akan berpengaruh
pada adalah
• GDP (Gross Domestik Product) sebagai indikator tingkat kesehatan atas pertumbuhan ekonomi suatu negara. GDP merupakan indeks utama sistem akun nasional (Sistem of National Accounts - SNA) yang dikarakteristik oleh hasil final dari kesatuan aktifitas program ekonomi - penduduk, dan pengukuran biaya barang dan jasa, yang diproduksi oleh kesatuan untuk penggunaan akhir. GDP adalah indeks utama, yang menunjukkan kondisi ekonomi nasional. GDP adalah indikator produk manufaktur, yang berjumlah pada biaya produksi final barang dan jasa.
Ini berarti, biaya barang dan jasa lanjutan, yang
digunakan dalam produksi (seperti barang mentah, bahan-bahan, bahan bakar,
bibit, makanan ternak, layanan pengangkutan udara, harga grosir, layanan
komersil dan finansial, dll) tidak termasuk dalam GDP. Jika tidak, GDP akan
mengandung akun berulang. Selain itu, GDP adalah produk domestik, karena
diproduksi oleh penduduk. Penduduk adalah kesatuan ekonomi (usaha maupaun rumah
tangga), dengan mengabaikan indentitas nasional dan kewarga negaraannya, yang
memiliki suku bunga ekonomi dalam wilayah ekonomi negara.
•Kredit Perumahan Rakyat
Pengadaan perumahan merupakan bagian terpenting dalam
menunjang kesejahteraan hidup manusia, pentingnya data ini terletak pada
kemampuannya untuk memicu perubahan kondisi perekonomian, memprediksi perubahan
tingkat pertumbuhan. Turunnya jumlah unit perumahan baru dapat memperlambat
perekonomian dan mendorong ke arah resesi. Sebaliknya, peningkatan pada jumlah
unit perumahan baru mengindikasikan tumbuhnya perekonomian.
• Tingkat Pengangguran
(Unemployment Rate)
Dampak yang harus diperhatikan dalam kebijakan
naik-turunnya suku bunga apakah semakin meningkatkan peluang usaha dan peluang
kerja atau malah justru meningkatkan pengangguran dan PHK. Dan perlu diketahui,
pengangguran terjadi akibat ketidakseimbangan antara lapangan pekerjaan
dan orang yang membutuhkan pekerjaan,sehingga hanya sedikit yang mendapatkan
kesempatan untuk bekerja.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1.
Harga sewa dari uang itulah yang
disebut suku bunga dan biasanya dinyatakan sebagai presentase tahunan sari
jumlah nominal yang dipinjam. Jadi suku bunga adalah harga dari meminjam uang
untuk menggunakan daya belinya.
2. Bahwa
untuk menentukan besar kecilnya suku bunga simpanan dan pinjaman sangat dipengaruhi
oleh keduanya, artinya baik bunga simpanan maupun pinjaman saling mempengaruhi
disamping faktor-faktor lainnya.
3.
Tingkat bunga menentukan jenis-jenis
investasi yang akan memberi keuntungan kepada para pengusaha. Para pengusaha
akan melaksanakan investasi yang mereka rencanakan hanya apabila tingkat
pengembalian modal yang mereka peroleh melebihi tingkat bunga.
4. Gross Domestic Product (GDP) adalah
penghitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi
aktivitas perekonomian nasionalnya, tetapi pada dasarnya GDP mengukur seluruh
volume produksi dari suatu wilayah (negara) secara geografis.
5. Kenaikan suku bunga sangatlah
dikhawatirkan oleh para kreditur dan tingkat penjualan perumahan yang semakin
menurun karena membuat pajak pinjaman modal dan kredit perumahan semakin
meningkat, tanpa didukung dalam kelancaran produksi dan bisnis yang menunjang,
akan berimbas pada kredit macet.
Unduh dan Baca makalah diatas selengkapnya dalam bentuk word [ DISINI ]
Baca pula Makalah Mekanisme transmisi kebijakan moneter Kajian teoritis dan empiris
Unduh dan Baca makalah diatas selengkapnya dalam bentuk word [ DISINI ]
Baca pula Makalah Mekanisme transmisi kebijakan moneter Kajian teoritis dan empiris
0 Response to "Makalah Tingkat suku bunga dan GDP"
Post a Comment