Download Makalah Penerapan Konsep Network Strategy pada Kawasan Mega Urban (studi kasus : JABODETABEKPUNJUR)




1.1         Latar Belakang

Kota merupakan perwujudan perkembangan yang alamiah dari suatu permukiman perkotaan yang berkembang sangat pesat. Perkembangan dan pertumbuhan disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat mengembangkan dan menumbuhkan kota pada suatu arah tertentu. Menurut Sujarto (1989) terdapat tiga faktor utama yang sangat menentukan pola perkembangan dan pertumbuhan kota diantaranya yaitu faktor manusia, faktor kegiatan manusiam dan faktor pergerakan manusia.
Laporan dari The Comparative Urban Studies Project di Woldrow Wilson pada tahun 2006 menuliskan bahwa telah terjadi pertambahan penduduk perkotaan di dunia dengan sangat berarti, pada tahun 2000, 41 persen dari penduduk dunia tinggal di perkotaan, pada tahun 2005, 50 persen penduduk dunia tinggal di perkotaan. Sementara itu laporan dari United Nations dan World Bank juga menunjukkan perkembangan yang relative tinggi untuk penduduk di negara berkembang, dikatakan dalam laporan tersebut bahwa pada tahun 2050, lebih dari 85 persen penduduk di dunia akan hidup di negara berkembang dan 80 dari penduduk di negara berkembang tersebut akun hidup di perkotaan.
Makin meningkatnya jumlah penduduk dan kegiatan dikota-kota yang terjadi terus-menerus, serta makin meluasnya areal masing-masing kota dan tidak terbendungnya proses urban sprawl kearah luar masing-masing kota pada abad ini akan terlihat gejala yang sangat fenomenal, yaitu terjadinya integrase keruangan antarkota dan menciptakan kota-kota besar yang kemudian dikenal dengan megacities.
Megacities merupakan sebuah pola yang terbentuk akibat dari suatu keadaan kota dengan tingkat demografi tertentu, sehingga perlu adanya integrasi tata ruang wilayah kota (metropolitan) dengan wilayah sekitarnya (mikropolitan) guna menyesuaikan beban dengan daya dukung wilayah serta upaya integrasi antar wilayah. Kepadatan penduduk yang tak terkendali dan tidak adanya lahan kosong untuk membangun, mengakibatkan terjadinya perluasan area dimana area mikropolitan sebagai pendukung dari kegiatan pusat kota agar dapat berkembang. Megacities merupakan upaya sinergitas wilayah dalam mengatasi permasalahan urbanisasi, transportasi, dan penataan ruang. Menurut Gotmann (1961) gejala sebuah wilayah perkotaan menjadi megacities didorong oleh banyak factor, tetapi semuanya mengarah pada aktivitas ekonomi, demografi, dan sosial.
Dengan demikian konsep ini menghindari akibat buruk dari membengkaknya sebuah kota akibat dari pertumbuhan penduduk yang pesat yang dapat menyebabkan kematian pada suatu kota. Perlu adanya pengelolaan yang tepat untuk mengimplementasikan konsep megacities dengan kualitas pelayanan publik yang terintegrasi dan sesuai dengan konsep megacities sebenarnya.
Jakarta sebagai ibukota Republik Indonesia merupakan satu dari sekian banyak contoh fenomena megacities di dunia dengan jumlah penduduk mencapai 10 juta jiwa lebih. Konsep perkembangan megacities yang akan diterapkan merupakan kerjasama lintas daerah dari Kota Jakarta, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang yang disingkat dengan sebutan Jabodetabekpunjur. Rencana tata ruang kawasan strategis nasional Jabodetabekpunjur ini telah mendapatkan perlindungan hukum melalui perpres no. 54 tahun 2008 dan di kelola oleh BKSP (Badan Kerjasama Pembangunan) Jabodetabekpunjur. Kota Jakarta ditetapkan sebagai coredan kota lainnya ditetapkan sebagai hinterland atau kota penyangga khususnya untuk mendukung permukiman dari ledakan penduduk yang terjadi.
Adanya faktor pertumbuhan penduduk dalam perkembangan kota ini harus segera disikapi dengan strategi pengendalian kota yang sesuai. Strategi pengendalian ini dibutuhkan agar kota dengan tingkat megacities tetap mampu memenuhi kebutuhan penduduknya dan juga mampu memberikan fungsi maksimal terhadap penduduk secara merata.

1.2         Tujuan dan Sasaran Penulisan

Berdasarkan latar belakang, adapun tujuan dari penulisan makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Mengetahui pengertian network strategy
2.      Mengetahui konsep pengembangan wilayah dengan pendekatan mega-urban dan network strategy
3.      Mengetahui contoh studi kasus pengembangan dengan network strategy

1.3         Sistematika Penulisan

Untuk mencapai tujuan yang telah disampaikan sebelumnya, berikut merupakan rumusan sistematika penulisan pada makalah ini:
BAB I Pendahuluan; berisi mengenai latar belakang, tujuan penulisan, serta sistematika penulisan.
BAB II TinjauanPustaka; berisi mengenai pembahasan mengenai Mega-urban, dan Network Strategy.
BAB III GambaranUmum; berisi mengenai gambaran umum wilayah, kekuatan hukum, pengembangan kawasan Jabodetabekpunjur, dan permasalahan pengembangan wilayah Jabodetabekpunjur
BAB IV KonsepPengembangan Wilayah; berisi mengenai Penerapan Network Strategy, Pengelolaan Mega urban Jabodetabekpunjur meliputi kebijakan infrastruktur, kebijakan pola ruang, kebijakan penanggulangan bencana
BAB V Penutup; berisi mengenai kesimpulan dan lesson learned


2.1         Mega Urban

2.1.1        Pengertian Mega Urban

Mega-urbanisasi yakni dua kota atau lebih yang terhubungkan oleh jalur transportasi yang efektif sehingga menyebabkan wilayah di koridornya berkembang pesat dan cenderung menyatukan secara fisikal dua kota utamanya. Koridor mega urban sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daerah sekitarnya yang memiliki hubungan ekonomi dan pasar yang cukup kuat. Namun perubahan tersebut tidak diimbangi dengan penyediaan sarana dan prasarana wilayah yang memadai akibat keterbatasan pemerintah. Pengertian yang lain yakni kumpulan kota-kota yang membentuk keterkaitan antara kota satu dengan kota yang lainnya.
Latar belakang terjadinya mega urban yakni adanya keinginan masyarakat desa yang ingin menaikkan taraf kehidupan mereka sehingga masyarakat perdesaan berbondong-bondong pindah ke kota, proses tersebut dinamakan urbanisasi. Ekonomi merupakan faktor dominan dalam proses urbanisasi skala mega. Pembangunan berdasar pada kepentingan ekonomi memiliki bentuk dan model yang berbeda (Silas, 2002). Urbanisasi di Asia Tenggara juga dicirikan oleh kaburnya antara rural dan urban. Dengan banyaknya masyarakat desa yang melakukan perpindahan ke kota menyebabkan kota tersebut meningkat  penduduknya. Sehingga menyebabkan kota tersebut pertumbuhannya semakin meningkat karena menyesuaikan penduduk yang semakin lama semakin banyak jumlahnya. Selain itu aktifitas agrikutur dan nonagrikultur bertempat berdekatan dengan pusat kota, dan pembangunan fisik perkotaan yang berkembang melebihi batas administratif kota. McGee, 2005 (dalam Firman 2008) kemudian menyebut fenomena ini sebagai megaurbanisasi, sebelumnya disebut dengan kotadesasi (sebuah frase dari bahasa Indonesia) yang berarti sebagai proses sosial ekonomi dan integrasi fisik antara kawasan Kota (Kota) dan kawasan perdesaan (Desa) (McGee 1991 dalam Firman 2008). Pada MUR (Mega Urban Region) Surabaya, penyediaan lahan di kawasan kota telah mengalami kejenuhan dan mengalami perubahan untuk kawasan terbangun terutama untuk permukiman, perdagangan dan industri. Oleh karenanya, struktur pertumbuhan kota mulai bergerak menjauh dari pusat kota menyebar dan menggeser wilayah pinggiran (fringe areas) dan kota/kabupaten sekitarnya (JM Nas, 2003). Kota dengan pembangunan fisik yang terus meningkat menyebabkan adanya pelebaran kawasan perkotaan tersebut hingga menyebar ke pinggiran kota.

2.1.2        Ciri-ciri Mega Urban

Ciri-ciri atau karakteristik mega urban yakni:
1.      Kepadatan penduduk tinggi
Kepadatan Penduduk tinggi disebabkan oleh banyaknya masyarakat perdesaan yang melakukan perpindahan ke kota untuk meningkatkan taraf perekonomian mereka, untuk memperbaiki kehidupan mereka sebelumnya.
2.      Intensitas mobilitas penduduk tinggi
3.      Transformasi lahan pertanian ke non pertanian
Banyaknya kebutuhan akan lahan menyebabkan kawasan perkotaan yang sebelumnya merupakan lahan pertanian bertransformasi menjadi lahan non pertanian. Penduduk suatu kota yang terus meningkat menyebabkan kebutuhan akan lahan yang permukiman yang terus meningkat, sehingga menyebabkan daerah pinggiran perkotaan ikut terkena dampak dari permasalahan tersebut. bukan hanya lahan permukiman yang terus meningkat, lahan industri juga akan semakin meningkat dilihat banyaknya jumlah penduduk yang semakin lama semakin meningkat, ketika di kota-kota besar sudah terlalu banyak menampung tenaga kerja maka daerah pinggiran yang lahan pertanian yang sudah di alih fungsikan sebagai lahan untuk industri akan menyerap tenaga kerja yang cukup banyak.
4.      Keterkaitan antar kota sangat baik
Keterkaitan antar kota sangat baik ini dapat dilihat dari sistem transportasinya yang cukup memadai dan mudah untuk berpindah satu kota ke kota yang lainnya, juga keterkaitan antar tenaga kerja. Misalnya Kota Surabaya membutuhkan tenaga kerja untuk perkantoran dan Kabupaten Sidoarjo menyediakan tenaga kerja, begitu sebaliknya masyakat yang Kota Surabaya membeli lahan di Sidoarjo karena masih banyaknya lahan pertanian yang ada di Sidoarjo, karena masyarakat Surabaya sendiri jenuh dengan aktifitas yang padat di Kota Surabaya.

2.1.3        Kelebihan dan Kekurangan Mega Urban

Fenomena mega urban memberikan dampak bagi daerah pusat kota maupun daerah periphery. Mega urban memberikan akses yang lebih mudah terhadap aktivitas kegiatan perekonomian di wilayah tersebut. Dengan kemudahan tersebut memberikan kehidupan yang lebih banyak bagi orang – orang yang tinggal di wilayah itu. Mega urban yang merupakan sebuah wilayah metropolitan tunggal atau dua wilayah metropolitan atau lebih yang bergabung. Dalam hal ini akan memberikan dampak negatif bagi kota yang menjadi pusat maupun bagi kota yang sebagai pemekaran dari terjadinya mega urban. Dampak negatif bisa dilihat dari beberbagai aspek. Dari segi aspek tata guna lahan kota yang menjadi mega urban biasanya menjadi padat.
Dari segi demografi, terjadi kepadatan penduduk yang tidak terkendali yang menyebabkan banyakanya penganguran dan kesenjengan sosial. Dari segi ligkungan kota mega urban terjadi penurunan daya dukung lingkungan seperti peningkatang polusi udara, penurunan kualitas air bersih, kerentanan bencana banjir cukup tinggi. Dengan menjadi menurunya tingkat daya dukung lingkungan dan kepadatan jumlah penduduk yang tak terkendali, hal ini akan menciptakan daerah permukiman kumuh. Sedangkan dari segi ekonomi, kegiatan ekonomi yang berada pada wilayah pinggiran akan terjadi kesenjangan dengan wilayah pada pusat kota.

Karena mega urban lebih banyak dampak negatif daripada dampak positifnya. Tanpa disadari perkembangan kota yang menjadi mega urban baisanya akan menjadi necrocities (kota yang menuju kehancuran). Karaena semakin lama kota yang berkembang menjadi mega urban tanpa adanya pengendalian yang bagus, itu akan menjadi semakin padat dan sulit untuk di kembangkan.

Selengkapnya Download Makalah tentang Internet docx diatas dapat saudara download dan baca pada link dibawah ini 

DOWNLOAD ]

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Download Makalah Penerapan Konsep Network Strategy pada Kawasan Mega Urban (studi kasus : JABODETABEKPUNJUR)"